Welcome to Catatan Rahma

Minggu, 26 Februari 2012

OST Film Seandainya

Hai sobat pembaca Catatan Rahma , pada hari ini saya ingin memberikan informasi lagu OST Seandainya . Film Seandainya adalah film yang baru di release pada Februari 2012 yang kisah menceritakan "Seseorang mengajari mencintai sunyi. Dan seseorang lainnya mengajari mencintai bunyi. Dan cinta menjadi lengkap karenanya..." .
Synopsis Seandainya :

"Seseorang mengajari mencintai sunyi. Dan seseorang lainnya mengajari mencintai bunyi. Dan cinta menjadi lengkap karenanya...

CINTA hidup dalam sunyi bersama PAPA, ayahnya yang bisu dan tuli. Percakapan mereka adalah bahasa isyarat. Hubungan mereka amat dekat. Semuanya berjalan normal, hingga muncul seseorang dalam hidup Cinta...ARKANA. Papa merasa Cinta berubah setelah ada Arkana, dan menganggap Arkana hádala anak berandalan. Papa melarang Cinta berhubungan dengan Arkana. Tapi demikianlah cinta, semakin dilarang semakin menjadi. Cinta dan Arkana pun backstreet

Hingga akhirnya Papa tahu kalau Cinta tetap menjalin hubungan dengan Arkana. Papa amat marah. Dan kemarahannya telah mencapai puncaknya; Papa tak mau tahu lagi soal Cinta. Kondisi Cinta makin memburuk. Hingga Papa membawanya periksa ke Dokter. Tidak terduga, Cinta ternyata sakit. Leukimia. Dalam keadaan merasa bersalah pada Papanya dan sakit, Cinta memutuskan untuk menjauhi Arkana... Arkana merasa ada yang disembunyikan Cinta. Hingga ia diam-diam mengikuti Cinta dan mengalami kecelakaan ringan...

Tidak terduga, Papa "merestui" Cinta untuk berteman lagi dengan Arkana. Cinta merasa Papa memberinya restu; karena merasa usia Cinta tidak cukup panjang untuk mengerti apa itu arti cinta. Hubungan Papa Cinta dan Arkana membaik. Bahkan Papa memberitahu soal sakit Cinta pada Arkana. Tapi di depan Cinta, Arkana bersikap seakan Cinta hanya sakit ringan. Arkana tidak memperlakukan Cinta seperti orang sakit. Walau dibelakang Cinta, Arkana tak dapat menutupi luka hati dan ketakutannya ditinggal Cinta.

Tepat malam sebelum operasi dengan resiko komplikasi dan berujung pada kematian, mungkin malam itu, malam terakhir mereka berdua. Dan ada yang harus pergi. Tapi kalau pun seseorang pergi, seseorang yang ditinggalkan, tidak akan pernah benar-benar merasa sendirian. Karena mereka saling mengajari arti cinta, saling menguatkan, kalau semua orang harus berdamai...dengan ketakutan..."



Filmnya lumayan bagus & dipadukan dengan nuansa romantis. OST Film Seandainya sangat
keren lagu-lagunya. Lagunya yaitu ;
The Radio - Radio                            Klik DOWNLOAD LAGU RADIO


Randy Pangalila - Takkan Terpisah   Klik DOWNLOAD LAGU TAKKAN TERPISAH


Cukup itu saja yang aku sampaikan kali ini. Terima kasih kunjungannya. Sampai jumpa. ^_^

Kamis, 23 Februari 2012

Digerbang Itu Aku Melepasmu


Aku masih ingat,,
Pertengahan Juli 2010 – hari dimulainya senyumku yang sudah beberapa bulan lalu lenyap dibibirku
Rasanya baru kemarin aku menunggumu di stasiun gambir untuk pergi bersamamu ke kota kembang.. memperhatikan detak jam dengan resah sambil sesekali menghubungimu untuk memastikan kamu datang tepat pada waktunya..yang dengan lembut selalu kamu jawab setiap panggilanku dan memintaku menunggu. Sebentar lagi.
Rasanya baru kemarin malam juga kamu berbaring santai disampingku, sembari ngobrol dengan ku yang kala itu duduk dan mulai sibuk dengan cerita dari sebuah novel yang sengaja kau berikan untukku..
Rasanya baru kemarin kita menelusuri tepian jalan yang masih kental beraromakan pedesaan, sambil sesekali aku merengek manja untuk memintamu berhenti di sebuah depot es kelapa muda untuk sekedar merasakan kesegarannya.
Rasanya baru kemarin kamu menyuruhku turun menemuimu dan bertanya “ mau sarapan apa kita?”rasanya baru kemarin juga kita duduk di depan sebuah mesjid dan berbincang bincang mengenai rencana masa depan kita masing masing, dan aku tersenyum geli menyadari pembicaraan kita yang mulai terdengar aneh itu..(semoga malaikat tak menertawakan kita juga)
dan rasanya semua itu berlangsung begitu cepat hingga pagi itu,, di gerbang itu lagi aku harus melepasmu… melepas kepergianmu.. dan menyadari entah kapan lagi kesempatan ini terulang?? 2 hari 1 malam untuk jangka waktu yang tak terbatas…
Dengan langkah yang sangat ku paksakan aku mengikutimu berjalan ke gerbang itu.. gerbang yang selalu menjadi sebuah saksi bisu perpisahan,,rasanya aku enggan menyaksikan kembali punggungmu menjauh dibalik mobil itu.. ah,,aku benci perpisahan.. karnanya aku sengaja menghampiri kucing yang duduk tak jauh dari situ dan berharap waktu berjalan lambat, atau berhenti saja.  Biar perpisahan ini tak perlu lagi terjadi,
Suara panggilanmu menyadarkanku,, bahwa taksi yang kau pesan tlah siap membawamu pergi hari itu,, ku kuatkan diriku menatap matamu.. “ aku pulang ya… jaga diri baik baik disini..” katamu..Hanya Sebuah anggukan yang mewakili semua jawabanku,, karna aku tak kuasa lagi menahan air mata yang siap meluncur saat ku membuka mulut..
“mau ikut ke bandara??” tawar mu saat mengetahui aku belum siap melepaskanmu.. “gak mau,, ntar aku nangis,,,” jawabku jujur.. yang mengundang senyum penuh arti dibibirmu.. “ cengeng!!” ledekmu seraya tertawa lebar… “ biarin.. udah sana pergii,,,ntr telat,,,” ucapku tak lupa dengan ekspresi bibir yang siap dikuncir seraya menutup pintu taxi dan melambaikan tangan..
Ya,,, di gerbang itu aku melepasmu… diiringi air mata disertakan dengan harapan yang sama,, suatu saat kau datang menemuiku lagi…
Aku masih ingat,,
Pertengahan Juli 2010 – hari dimulainya senyumku yang sudah beberapa bulan lalu lenyap dibibirku
Rasanya baru kemarin aku menunggumu di stasiun gambir untuk pergi bersamamu ke kota kembang.. memperhatikan detak jam dengan resah sambil sesekali menghubungimu untuk memastikan kamu datang tepat pada waktunya..yang dengan lembut selalu kamu jawab setiap panggilanku dan memintaku menunggu. Sebentar lagi.
Rasanya baru kemarin malam juga kamu berbaring santai disampingku, sembari ngobrol dengan ku yang kala itu duduk dan mulai sibuk dengan cerita dari sebuah novel yang sengaja kau berikan untukku..
Rasanya baru kemarin kita menelusuri tepian jalan yang masih kental beraromakan pedesaan, sambil sesekali aku merengek manja untuk memintamu berhenti di sebuah depot es kelapa muda untuk sekedar merasakan kesegarannya.
Rasanya baru kemarin kamu menyuruhku turun menemuimu dan bertanya “ mau sarapan apa kita?”rasanya baru kemarin juga kita duduk di depan sebuah mesjid dan berbincang bincang mengenai rencana masa depan kita masing masing, dan aku tersenyum geli menyadari pembicaraan kita yang mulai terdengar aneh itu..(semoga malaikat tak menertawakan kita juga)
dan rasanya semua itu berlangsung begitu cepat hingga pagi itu,, di gerbang itu lagi aku harus melepasmu… melepas kepergianmu.. dan menyadari entah kapan lagi kesempatan ini terulang?? 2 hari 1 malam untuk jangka waktu yang tak terbatas…
Dengan langkah yang sangat ku paksakan aku mengikutimu berjalan ke gerbang itu.. gerbang yang selalu menjadi sebuah saksi bisu perpisahan,,rasanya aku enggan menyaksikan kembali punggungmu menjauh dibalik mobil itu.. ah,,aku benci perpisahan.. karnanya aku sengaja menghampiri kucing yang duduk tak jauh dari situ dan berharap waktu berjalan lambat, atau berhenti saja.  Biar perpisahan ini tak perlu lagi terjadi,
Suara panggilanmu menyadarkanku,, bahwa taksi yang kau pesan tlah siap membawamu pergi hari itu,, ku kuatkan diriku menatap matamu.. “ aku pulang ya… jaga diri baik baik disini..” katamu..Hanya Sebuah anggukan yang mewakili semua jawabanku,, karna aku tak kuasa lagi menahan air mata yang siap meluncur saat ku membuka mulut..
“mau ikut ke bandara??” tawar mu saat mengetahui aku belum siap melepaskanmu.. “gak mau,, ntar aku nangis,,,” jawabku jujur.. yang mengundang senyum penuh arti dibibirmu.. “ cengeng!!” ledekmu seraya tertawa lebar… “ biarin.. udah sana pergii,,,ntr telat,,,” ucapku tak lupa dengan ekspresi bibir yang siap dikuncir seraya menutup pintu taxi dan melambaikan tangan..
Ya,,, di gerbang itu aku melepasmu… diiringi air mata disertakan dengan harapan yang sama,, suatu saat kau datang menemuiku lagi…
Aku masih ingat,,
Pertengahan Juli 2010 – hari dimulainya senyumku yang sudah beberapa bulan lalu lenyap dibibirku
Rasanya baru kemarin aku menunggumu di stasiun gambir untuk pergi bersamamu ke kota kembang.. memperhatikan detak jam dengan resah sambil sesekali menghubungimu untuk memastikan kamu datang tepat pada waktunya..yang dengan lembut selalu kamu jawab setiap panggilanku dan memintaku menunggu. Sebentar lagi.
Rasanya baru kemarin malam juga kamu berbaring santai disampingku, sembari ngobrol dengan ku yang kala itu duduk dan mulai sibuk dengan cerita dari sebuah novel yang sengaja kau berikan untukku..
Rasanya baru kemarin kita menelusuri tepian jalan yang masih kental beraromakan pedesaan, sambil sesekali aku merengek manja untuk memintamu berhenti di sebuah depot es kelapa muda untuk sekedar merasakan kesegarannya.
Rasanya baru kemarin kamu menyuruhku turun menemuimu dan bertanya “ mau sarapan apa kita?”rasanya baru kemarin juga kita duduk di depan sebuah mesjid dan berbincang bincang mengenai rencana masa depan kita masing masing, dan aku tersenyum geli menyadari pembicaraan kita yang mulai terdengar aneh itu..(semoga malaikat tak menertawakan kita juga)
dan rasanya semua itu berlangsung begitu cepat hingga pagi itu,, di gerbang itu lagi aku harus melepasmu… melepas kepergianmu.. dan menyadari entah kapan lagi kesempatan ini terulang?? 2 hari 1 malam untuk jangka waktu yang tak terbatas…
Dengan langkah yang sangat ku paksakan aku mengikutimu berjalan ke gerbang itu.. gerbang yang selalu menjadi sebuah saksi bisu perpisahan,,rasanya aku enggan menyaksikan kembali punggungmu menjauh dibalik mobil itu.. ah,,aku benci perpisahan.. karnanya aku sengaja menghampiri kucing yang duduk tak jauh dari situ dan berharap waktu berjalan lambat, atau berhenti saja.  Biar perpisahan ini tak perlu lagi terjadi,
Suara panggilanmu menyadarkanku,, bahwa taksi yang kau pesan tlah siap membawamu pergi hari itu,, ku kuatkan diriku menatap matamu.. “ aku pulang ya… jaga diri baik baik disini..” katamu..Hanya Sebuah anggukan yang mewakili semua jawabanku,, karna aku tak kuasa lagi menahan air mata yang siap meluncur saat ku membuka mulut..
“mau ikut ke bandara??” tawar mu saat mengetahui aku belum siap melepaskanmu.. “gak mau,, ntar aku nangis,,,” jawabku jujur.. yang mengundang senyum penuh arti dibibirmu.. “ cengeng!!” ledekmu seraya tertawa lebar… “ biarin.. udah sana pergii,,,ntr telat,,,” ucapku tak lupa dengan ekspresi bibir yang siap dikuncir seraya menutup pintu taxi dan melambaikan tangan..
Ya,,, di gerbang itu aku melepasmu… diiringi air mata disertakan dengan harapan yang sama,, suatu saat kau datang menemuiku lagi…

Sabtu, 18 Februari 2012

Janji Sucinya Pada Allah

Hari itu, setelah ia selesai dengan shalatnya, segera kutanyakan isi doa yang dipanjatkannya pada Allah SWT. Lewat pesan singkat ia kemudian menjawabnya, kakak mendoakan orang tua kita, dan mendoakan supaya kita lekas menikah, mempunyai anak-anak yang sholeh, tak lupa kakak berdoa agar senantiasa adik akan selalu menyayangi kakak.Ku hanya tersenyum membaca pesan darinya. Bahkan dalam doanya pun ia masih saja mengingatku. Ku tak pernah mengira kalau laki-laki yang belum pernah ku temui itu akan benar-benar ingin menikahiku. Tak tahukah dia kalau aku tak pantas bagi lelaki seperti dia ?.Ku selalu marah padanya karena telah mencintai dan menyayangiku.

Selasa, 14 Februari 2012

Pengalamanku Lomba GPTD Bersama Saka Bhayangkara

Pada tanggal 30 Oktober 2011 aku menuliskan sebuah perjuangan kita semua di acara GPTD tingkat se-kota Palangkaraya,Kalimantan Tengah. Bagaimana susahnya kita, berjuang dengan melawan 22 Sangga .

Kenangan terindah bersama kalian..

Angkat tanganmu kawan untuk Saka Bhayangkara.. Untuk kita menghadapi semua lawan. Satu untuk semua, semua untuk satu jangan ragu bhayangkara yang nomor satu...

Sampai berjumpa di GPTD tingkat Nasional ..

Senin, 13 Februari 2012

Menunggu Pelangi

Pelangi!! Ayo kesini! Hujannya lumayan deras nihh! Nanti sakit loh!” teriakku sekencang – kencangnya ke arah Pelangi yang dari tadi mengincar air hujan yang berjatuhan. “ Bentar donk! Lagi seru main sama air nih! Lagian kalo disitu nanti kita ga bisa lihat pelangi tau!” balas pelangi dari kejauhan. Aku segera mendatanginya. “ Mana Ngi pelanginya?” tanyaku penasaran dengan kata–katanya barusan. Di situ aku pertama kali melihat pelangi yang indaaahh sekali bersama dengan sahabat setiaku, Pelangi.                          Oh iya. Kenalkan namaku Tito. Aku sudah duduk di bangku kuliah. Semester 4. Aku sangat suka dengan dunia balap. Piala dan penghargaan prestasiku di dunia balap juga ga dikit lho. Cuplikan tadi hanya seberkas cerita kecilku bersama sahabatku Pelangi. Dan itu adalah kali pertama kita melihat pelangi bersama – sama dan akhirnya menjadi hobi kita setiap ada hujan.                          Hari ini, begitu indah untuk seluruh keluargaku. Ayah baru saja pulang dari Amerika. Kenangan indah masa kecilku bersama ayahku kembali lagi di benakku. Tami dan Hugo juga terlihat senang. Terutama si Tami, adikku yang paling kecil sekaligus paling manja dan cerewet ini seakan tak mau lepas dari pelukan ayahku. Mama juga memasakkan makanan kesukaan semua anggota keluarga hari ini.                          Tak lama, rintik – rintik hujan mulai berdatangan. Makin lama makin deras. Ikan – ikan dibelakang rumah membiarkan nuansa hening dan damai dari rintik – rintik hujan menambah volume air di habitat mereka. Tumbuhan – tumbuhan juga membiarkan tetesan air membasahi permukaan daun mereka.     Teringat kembali aku akan si Pelangi. Dia masih satu kampus denganku. Ku angkat telepon genggamku yang ada di atas sofa yang sedang kududuki sekarang ini. Aku mencari nomer telepon dari sahabat tercintaku itu. Setelah kutemukan, kutekan tombol berwarna hijau yang ada di antara beberapa tombol lain. Mulailah suara halus dan lembut menjawab panggilanku. Aku mulai berbincang dengan Pelangi dan mengajaknya pergi bersamaku untuk melihat pelangi di angkasa sebelum hujan reda.                            “ Hayo kak Tito janjian sama kak Pelangi yaaa......” tiba – tiba suara si Hugo menyadarkanku dari serunya pembicaraan dengan Pelangi. Segera kutarik kulit tangannya setelah aku menutup telponku dengan Pelangi. “ Apaan sih kamu itu! Masih SMP jangan ikut – ikutan! Kakak mau pergi sama kak Pelangi dulu. Ntar bilangin ke ayah sama mama oke?” aku bertutur kepada adik laki – lakiku yang rese’ ini. Seraya dia menjawab, “ Pake pajak dong kak!”. Aku tercengang. Si Hugo nyengar – nyengir ga karuan. Oke deh, aku kasih dia uang jajan.                            “ Hai! Udah lama ya? “ sapaku dengan menepuk pundak si Pelangi yang sudah menunggu beberapa menit. “ Eh? Oh, enggak kok. Baru 10 menit.” Jawabnya dengan lembut. “ Oh. Sorry ya udah buat nunggu.“ pintaku dengan penuh harap. “ Nggakpapa To. Santai aja deh.” Jawabnya dengan santai dan tulus. Pelangi langsung menunjuk ke langit yang sedang menurunkan air saat itu. Kami berdua langsung tersenyum bersamaan. Bangku taman yang kami duduki terasa hangat dan nyaman. Huft, seperti dulu lagi. Sangat indah saat ini.                           Sungguh romantis situasinya. Sempurna sekali dengan rencanaku yang sudah beberapa tahun kupendam. Aku merentangkan tanganku ke pundak Pelangi. Pelangi yang terkaget segera memandang wajahku. Dengan lirih aku menanyakan hal yang sangat sulit untuk ditanyakan dan dijawab. “Ngi. Ehm.., Pelangi. L, lo, lo mau ga…” aku berusaha bertanya dan mengeluarkan kata – kata. Pelangi menjawab tanyaku yang belum selesai kuucapkan “Mau apa To? Kalo bantuin lo, gue mau kok.”. “ Ituh, bukan. Bukan bantuin gue. Tapi lo mau ga… jadi.. jadi.. pa..” aku ga bisa mengeluarkan kata – kata dengan sempurna. “Huft.. ayo bicara Tito!” aku berbicara pada diriku sendiri dalam hati.