Aku tak tau harus menulis apalagi. Aku melirik jam dinding
dikamarku ini sudah larut malan dan kau masih tetap ada
dipikiranku. Aku tau, tak akan mudah menghapus bayangmu. Huuh… betapa bodohnya aku masih berharap kau akan kembali.
Tapi apakah salah jika aku berharap sesuatu yang tak akan mungkin terjadi?
Aku menghembuskan nafasku menatap layar handphone-ku
dengan mata berkaca-kaca. Aku masih menyimpan pesan terakhirmu untukku. Apa kau tau? Aku merindukan disaat aku selalu menunggu
telepon darimu, disaat aku ingin lompat kegirangan saat menerima telepon
darimu. Tapi apakah mungkin hal itu
kembali terulang?
Malam semakin larut cahaya bulan memasuki celah-celah jendelaku. Kau mungkin
masih ingat saat kau menghapus air mataku dan
berkata semua akan baik-baik saja. Tapi kau salah, salah besar! Semuanya sangat
buruk ketika kau pergi. Aku merindukanmu! Kapan kau kembali?
Aku selalu bertanya kapan kau kembali? Mungkin pertanyaanku sangat bodoh! Tapi aku hanya
menginginkan jawaban darimu dan aku kembali bertanya, kapan kau menjawabnya? Waktu
terus berjalan. Yahh kau
tau itu dan kaupun tau bahwa waktu tak bisa terulang. Aku hanya ingin kau ada
disampingku, menemaniku…
Aku masih ingat saat kau berkata akan pulang.
Kau menyuruhku untuk menunggumu! Aku menunggumu, selalu menunggu. Tapi yang
terjadi malah seperti ini. Seseorang menelponku dan berkata kau sedang dalam
keadaan kritis. Bagaimana bisa? Dan kau tau? Saat itu rasanya kakiku tak
sanggup untuk berdiri. Rasanya nafasku tak dapat berhembus.
Aku segera datang kerumah sakit untuk
melihat keadaanmu. Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kulihat. Kau
terbaring lemah dengan luka disekujur tubuhmu. Sungguh, aku tak sanggup! Aku
duduk disampingmu dan menggenggam tanganmu.. Air mataku terjatuh, kenapa semua
ini bisa terjadi padamu?
Aku selalu bicara dan bicara… Berharap
kau bisa sadarkan diri dan kembali mengoceh bersamaku. Ternyata harapanku tak
sia-sia. Perlahan matamu terbuka, saat itu kau tersenyum padaku, kau menghapus
airmataku. Kau bilang bahwa aku ini sangat cengeng, kau bilang bahwa aku harus
selau tersenyum dan kau bilang kau sangat mencintaiku.
Aku sangat bahagia mendengar semua itu. Kurasa kau pun juga bahagia.. Kau
kembali menoleh kearahku. Dan disaat yang bersamaan kau menghembuskan nafasmu!
Perlahan-lahan matamu tertutup rapat, tanganmu terjatuh dari genggamanku.. Aku
diam terpaku dengan apa yang terjadi? Aku segera berlari memanggil dokter. Aku
tak mau sesuatu terjadi padamu, kau tak boleh meninggalkanku!
Kulihat beberapa orang suster dan seorang dokter keluar dari sana! Mereka menatapku
dengan wajah murung. Aku benar-benar tak mengerti dari maksud tatapan itu. Aku
berlari dan ingin tau bagaimana keadaanmu. Apa kau baik-baik saja? Tapi, wajahku
memucat, kakiku tak sanggup lagi untuk menopang tubuh ini. Air mataku jatuh tak
tertahan, meilhat sekujur tubuhmu kini tertutup oleh kain putih…
Aku tak menyangka, senyum itu adalah
senyum terakhirmu. Aku tak menyangka, hari itu adalah hari terakhir aku
melihatmu. Aku memang cengeng dan aku tak bisa menahan air mataku! Apa kau bisa
melihat aku menangis? Aku ingin kau menghapus air mataku. Aku tak sanggup harus
melewati hari-hariku tanpamu. Kembalilah.. Kumohon!
Aku benar-benar tak sanggup berdiri
didekat pusaramu. Aku tak sanggup membaca tulisan yang tertera di nisan itu!
Aku tau, aku tak bisa menyalahkan waktu atau siapapun. Tapi aku ingin waktu
bisa kembali berputar saat kau masih bersamaku. Aku ingin melihat senyummu,
suaramu, dan wajahmu.
Air mataku semakin tak tertahan saat
menulis surat ini. “Biarkanlah aku menangis malam ini. Aku tau cinta tak akan
mungkin mati! Aku harap kau bahagia disana. Aku akan selalu merindukanmu…”.