Welcome to Catatan Rahma

Selasa, 21 Oktober 2014

Dilema Hati Yang Terus Mencinta ..

Ku temukan diriku dalam mabuk cintanya
Penuh riak dan gelombang yang saling mendesah
Dimana sauh cinta bergetar membawa kedamaian
Perjalaan mempersatukan dalam kisah cinta yang salah..

Kisah kita bukan kisah Cinderella
Yang penuh suka cita dalam bercinta
Kisah kita juga bukan kisah Romeo dan Juliet
Yang mempertaruhkan hidup untuk kisah sejati..

Tetapi kisah kita adalah kisah yang indah
Kisah kita bagai angin sepoi sejuk walau itu sulit
Kau ada disaat semua kisah cinta tak seharusnya terjadi
Tapi rasa yang bergelora tak bisa ku tepiskan semua..

Aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan raga
Tapi kita tak bisa menjuntai kisah penuh bahagia
Kau pun mencintaiku dengan senyum ikhlasmu
Walau cinta sering menyakiti di indah hatimu..

Maafkan aku cinta ketika saat kita tiba
Tak lagi perlu ada semua yang sudah pernah ada
Aku tahu pasti ketika dipasangkan jangkar takdir
Ketika semua yang teringinkan harus berakhir
Kini hanya tersisa
Dilema hati yang terus mencinta..

Aku Takut Kehilanganmu ...



Setelah ku mengenalmu lebih dekat, lebih dekat dan lebih dekat
Hati ini serasa dielus-elus dengan sejuknya hutan cemara
Begitu indah begitu nikmat..

Ku tak mampu mengungkapkan dengan kata-kata
Apa yang kurasa saat ini, perasaan ini
Begitu indah begitu nikmat..

Aku semakin takut kehilanganmu
Aku tak ingin itu terjadi
Jangan… Jangan..
Jangan sampai itu terjadi..

Ku mohon jangan engkau tinggalkan aku
Walau sedetikpun..

Asal engkau tahu, engkau telah merebut hati ku
Dan engkau harus pertanggung jawabkan itu.
 Karena aku
Takut akan kehilanganmu..

Sulit bagiku untuk menggantikanmu dihatiku
Karena aku takut kehilanganmu..

Harapan Semu..



Aku tak tau harus menulis apalagi. Aku melirik jam dinding dikamarku ini sudah larut malan dan kau masih tetap ada dipikiranku. Aku tau, tak akan mudah menghapus bayangmu. Huuh… betapa bodohnya aku masih berharap kau akan kembali. Tapi apakah salah jika aku berharap sesuatu yang tak akan mungkin terjadi?

Aku menghembuskan nafasku menatap layar handphone-ku dengan mata berkaca-kaca. Aku masih menyimpan pesan terakhirmu untukku. Apa kau tau? Aku merindukan disaat aku selalu menunggu telepon darimu, disaat aku ingin lompat kegirangan saat menerima telepon darimu. Tapi apakah mungkin hal itu kembali terulang?

Malam semakin larut cahaya bulan memasuki celah-celah jendelaku. Kau mungkin masih ingat saat kau menghapus air mataku dan berkata semua akan baik-baik saja. Tapi kau salah, salah besar! Semuanya sangat buruk ketika kau pergi. Aku merindukanmu! Kapan kau kembali?

Aku selalu bertanya kapan kau kembali? Mungkin pertanyaanku sangat bodoh! Tapi aku hanya menginginkan jawaban darimu dan aku kembali bertanya, kapan kau menjawabnya? Waktu terus berjalan. Yahh kau tau itu dan kaupun tau bahwa waktu tak bisa terulang. Aku hanya ingin kau ada disampingku, menemaniku…

Aku masih ingat saat kau berkata akan pulang. Kau menyuruhku untuk menunggumu! Aku menunggumu, selalu menunggu. Tapi yang terjadi malah seperti ini. Seseorang menelponku dan berkata kau sedang dalam keadaan kritis. Bagaimana bisa? Dan kau tau? Saat itu rasanya kakiku tak sanggup untuk berdiri. Rasanya nafasku tak dapat berhembus.

Aku segera datang kerumah sakit untuk melihat keadaanmu. Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kulihat. Kau terbaring lemah dengan luka disekujur tubuhmu. Sungguh, aku tak sanggup! Aku duduk disampingmu dan menggenggam tanganmu.. Air mataku terjatuh, kenapa semua ini bisa terjadi padamu?

Aku selalu bicara dan bicara… Berharap kau bisa sadarkan diri dan kembali mengoceh bersamaku. Ternyata harapanku tak sia-sia. Perlahan matamu terbuka, saat itu kau tersenyum padaku, kau menghapus airmataku. Kau bilang bahwa aku ini sangat cengeng, kau bilang bahwa aku harus selau tersenyum dan kau bilang kau sangat mencintaiku.

Aku sangat bahagia mendengar semua itu. Kurasa kau pun juga bahagia.. Kau kembali menoleh kearahku. Dan disaat yang bersamaan kau menghembuskan nafasmu! Perlahan-lahan matamu tertutup rapat, tanganmu terjatuh dari genggamanku.. Aku diam terpaku dengan apa yang terjadi? Aku segera berlari memanggil dokter. Aku tak mau sesuatu terjadi padamu, kau tak boleh meninggalkanku!

Kulihat beberapa orang suster dan seorang dokter keluar dari sana! Mereka menatapku dengan wajah murung. Aku benar-benar tak mengerti dari maksud tatapan itu. Aku berlari dan ingin tau bagaimana keadaanmu. Apa kau baik-baik saja? Tapi, wajahku memucat, kakiku tak sanggup lagi untuk menopang tubuh ini. Air mataku jatuh tak tertahan, meilhat sekujur tubuhmu kini tertutup oleh kain putih…

Aku tak menyangka, senyum itu adalah senyum terakhirmu. Aku tak menyangka, hari itu adalah hari terakhir aku melihatmu. Aku memang cengeng dan aku tak bisa menahan air mataku! Apa kau bisa melihat aku menangis? Aku ingin kau menghapus air mataku. Aku tak sanggup harus melewati hari-hariku tanpamu. Kembalilah.. Kumohon!

Aku benar-benar tak sanggup berdiri didekat pusaramu. Aku tak sanggup membaca tulisan yang tertera di nisan itu! Aku tau, aku tak bisa menyalahkan waktu atau siapapun. Tapi aku ingin waktu bisa kembali berputar saat kau masih bersamaku. Aku ingin melihat senyummu, suaramu, dan wajahmu.

Air mataku semakin tak tertahan saat menulis surat ini. “Biarkanlah aku menangis malam ini. Aku tau cinta tak akan mungkin mati! Aku harap kau bahagia disana. Aku akan selalu merindukanmu…”.

Rasa..

Status kakak adik memanglah berbeda tipis dengan status berpacaran. Sama-sama mengeluarkan perhatian kan? Kamulah yang selama ini mengajarkan aku tentang malu, canggung, menyembunyikan rasa. Iya rasa.. Kamu mengertikan apa maksud ku ? Rasa yang melebihi status kakak beradik, membuat hati ku selalu nyaman dengan pria yang tiba-tiba merangsuk masuk dalam ingatan dan jengkal nafas ku ini. Meskipun aku tak berharap banyak, namun tak ada salahnya aku berharap yang indah bukan ? Sering kali rasa cemburu pun menghampiri ketika kamu bercanda dengan sahabat perempuan mu. Aku mengerti memang tak layak untuk cemburu. Memang jatuh cinta sulit untuk di definisikan, hanya soal hati yang berbicara. Aku tak ingin kebahagiaan ku berubah menjadi derai air mata, aku ingin selalu bahagia bersamamu. Sehingga hati aku mati rasa akan kesedihan dan luka. Tumpukan kebahagiaan semakin sempurna ketika kamu dan aku menjadi kita.

Rasa nyaman kini berubah menjadi rasa takut kehilangan. Menyebalkan bila kamu sulit untuk di tebak, aku takut untuk menerjemahkan isyarat yang kau tunjuk kan kepada ku. Tolong hentikan langkah ku jika memang segalanya yang ku duga benar dan dimatamu salah. Tolong kembalikan aku disaat ku tak pernah mengenalmu. Ketahuilah aku sedang melawan perasaan yang menggebu ini, aku tak percaya kita bisa sedekat ini. Dan selama ini juga aku kehilangan kendali untuk berucap aku menyukai mu . Dia menemukan ku dalam tumpukan paku yang menghujam, dia menemukan ku dalam posisi yang terjatuh dalam pelampiasan amarah. Ia menarik tangan ku, menyelamatkan ku lalu memeluk ku dan menenang kan ku. Benar kita tak saling memiliki, terjadi seperti mimpi. Namun aku percaya cinta telah hadir di tengah tengah kita, entah dengan akhir yang ku sukai ataupun ku benci. Namun bisa kah jemari ku mengendalikan ini semua? atau aku pasrah saja dengan keinginan mu.. untuk melanjutkan atau mengakhiri selamanya. Sungguh aku tak pernah percaya cinta tanpa tatapan mata juga tanpa genggaman . tapi mengapa aku merasa takut kehilangan?