Welcome to Catatan Rahma

Selasa, 21 Oktober 2014

Harapan Semu..



Aku tak tau harus menulis apalagi. Aku melirik jam dinding dikamarku ini sudah larut malan dan kau masih tetap ada dipikiranku. Aku tau, tak akan mudah menghapus bayangmu. Huuh… betapa bodohnya aku masih berharap kau akan kembali. Tapi apakah salah jika aku berharap sesuatu yang tak akan mungkin terjadi?

Aku menghembuskan nafasku menatap layar handphone-ku dengan mata berkaca-kaca. Aku masih menyimpan pesan terakhirmu untukku. Apa kau tau? Aku merindukan disaat aku selalu menunggu telepon darimu, disaat aku ingin lompat kegirangan saat menerima telepon darimu. Tapi apakah mungkin hal itu kembali terulang?

Malam semakin larut cahaya bulan memasuki celah-celah jendelaku. Kau mungkin masih ingat saat kau menghapus air mataku dan berkata semua akan baik-baik saja. Tapi kau salah, salah besar! Semuanya sangat buruk ketika kau pergi. Aku merindukanmu! Kapan kau kembali?

Aku selalu bertanya kapan kau kembali? Mungkin pertanyaanku sangat bodoh! Tapi aku hanya menginginkan jawaban darimu dan aku kembali bertanya, kapan kau menjawabnya? Waktu terus berjalan. Yahh kau tau itu dan kaupun tau bahwa waktu tak bisa terulang. Aku hanya ingin kau ada disampingku, menemaniku…

Aku masih ingat saat kau berkata akan pulang. Kau menyuruhku untuk menunggumu! Aku menunggumu, selalu menunggu. Tapi yang terjadi malah seperti ini. Seseorang menelponku dan berkata kau sedang dalam keadaan kritis. Bagaimana bisa? Dan kau tau? Saat itu rasanya kakiku tak sanggup untuk berdiri. Rasanya nafasku tak dapat berhembus.

Aku segera datang kerumah sakit untuk melihat keadaanmu. Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kulihat. Kau terbaring lemah dengan luka disekujur tubuhmu. Sungguh, aku tak sanggup! Aku duduk disampingmu dan menggenggam tanganmu.. Air mataku terjatuh, kenapa semua ini bisa terjadi padamu?

Aku selalu bicara dan bicara… Berharap kau bisa sadarkan diri dan kembali mengoceh bersamaku. Ternyata harapanku tak sia-sia. Perlahan matamu terbuka, saat itu kau tersenyum padaku, kau menghapus airmataku. Kau bilang bahwa aku ini sangat cengeng, kau bilang bahwa aku harus selau tersenyum dan kau bilang kau sangat mencintaiku.

Aku sangat bahagia mendengar semua itu. Kurasa kau pun juga bahagia.. Kau kembali menoleh kearahku. Dan disaat yang bersamaan kau menghembuskan nafasmu! Perlahan-lahan matamu tertutup rapat, tanganmu terjatuh dari genggamanku.. Aku diam terpaku dengan apa yang terjadi? Aku segera berlari memanggil dokter. Aku tak mau sesuatu terjadi padamu, kau tak boleh meninggalkanku!

Kulihat beberapa orang suster dan seorang dokter keluar dari sana! Mereka menatapku dengan wajah murung. Aku benar-benar tak mengerti dari maksud tatapan itu. Aku berlari dan ingin tau bagaimana keadaanmu. Apa kau baik-baik saja? Tapi, wajahku memucat, kakiku tak sanggup lagi untuk menopang tubuh ini. Air mataku jatuh tak tertahan, meilhat sekujur tubuhmu kini tertutup oleh kain putih…

Aku tak menyangka, senyum itu adalah senyum terakhirmu. Aku tak menyangka, hari itu adalah hari terakhir aku melihatmu. Aku memang cengeng dan aku tak bisa menahan air mataku! Apa kau bisa melihat aku menangis? Aku ingin kau menghapus air mataku. Aku tak sanggup harus melewati hari-hariku tanpamu. Kembalilah.. Kumohon!

Aku benar-benar tak sanggup berdiri didekat pusaramu. Aku tak sanggup membaca tulisan yang tertera di nisan itu! Aku tau, aku tak bisa menyalahkan waktu atau siapapun. Tapi aku ingin waktu bisa kembali berputar saat kau masih bersamaku. Aku ingin melihat senyummu, suaramu, dan wajahmu.

Air mataku semakin tak tertahan saat menulis surat ini. “Biarkanlah aku menangis malam ini. Aku tau cinta tak akan mungkin mati! Aku harap kau bahagia disana. Aku akan selalu merindukanmu…”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar